Sabtu, 12 November 2011

Teori Pengetahuan


I.                    IDEALISME
a.Pengertian
Idealisme adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa realitas ini terdiri atas roh-roh (sukma) atau jiwa. ide-ide dan pikiran atau yang sejenis dengan itu.

b.Perkembangan Idealisme.
Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah pikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat Barat kita temui dalam bentuk ajaran yang murni dari Plato. Yang menyatakan bahwa alam, cita-cita itu adalah yang merupakan kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam idea itu.
Aristoteles memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide sebagai sesuatu tenaga (entelechie) yang berada dalam benda-benda dan menjalankan pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya dapat dikatakan sepanjang masa tidak pernah faham idealisme hilang sarna sekali. Di masa abad pertengahan malahan satu-satunya pendapat yang disepakati oleh semua ahli pikir adalah dasar idealisme ini.
Pada jaman Aufklarung ulama-ulama filsafat yang mengakui aliran serba dua seperti Descartes dan Spinoza yang mengenal dua pokok yang bersifat kerohanian dan kebendaan maupun keduanya mengakui bahwa unsur kerohanian lebih penting daripada kebendaan. Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat digolongkan kepada penganut Idealisme yang paling setia sepanjang masa, walaupun mereka tidak memiliki dalil-dalil filsafat yang mendalam. Puncak jaman Idealiasme pada masa abad ke-18 dan 19 ketika periode Idealisme. Jerman sedang besar sekali pengaruhnya di Eropah.
dealisme dari bahasa Inggris yaitu Idealism dan kadang juga dipakai istilahnya mentalisme atau imaterialisme.
Istilah ini pertama kali digunakan secara filosofis oleh Leibniz pada mula awal abad ke- 18. Leibniz memakai dan menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato, secara bertolak belakang dengan materialisme Epikuros. Idealisme ini merupakan kunci masuk ke hakikat realitas.
Beberapa pengertian Idealisme :
  1. Adanya suatu teori bahwa alam semesta beserta isinya adalah suatu penjelmaan pikiran.
  2. Untuk menyatakan eksistensi realitas, tergantung pada suatu pikiran dan aktivitas-aktivitas pikiran.
  3. Realitas dijelaskan berkenaan dengan gejala-gejala psikis seperti pikiran-pikiran, diri, roh, ide-ide, pikiran mutlak, dan lain sebagainya dan bukan berkenaan dengan materi.
  4. Seluruh realitas sangat bersifat mental (spiritual, psikis). Materi dalam bentuk fisik tidak ada.
  5. Hanya ada aktivitas berjenis pikiran dan isi pikiran yang ada. dunia eksternal tidak bersifat fisik.
Pandangan beberapa filsuf mengenai Idealisme.
1. Schelling memberikan nama Idealisme subyektif pada filsafat Fichte, dengan alasan bahwa dalam Fichte dunia merupakan postulat subyek yang memutuskan.
2. Idealisme obyektif adalah nama yang diberikan oleh Schelling pada pemikiran filsafatnya. Menurutnya, alam adalah inteligensi yang kelihatan. Hal tersebut menunjukkan semua filsafat yang mengindentikkan realitas dengan ide, akal atau roh.
3. Hegel menerima klasifikasi Schelling, dan mengubahnya menjadi idealisme absolut sebagai sintesis dari pandangan idealisme subyektif (tesis) dan obyektif (antitesis).
4. Idealismetransendental adalah pandangan dan penyebutan dari Immanuel Kant. Sering disebut juga disebut sebagai idealisme kritis. Pandangan ini mempunyai alternatif yaitu isi dari pengalaman langsung tidak dianggap sebagai benda dalam dirinya sendiri, sedangkan ruang dan waktu merupakan forma intuisi kita sendiri
5. Idealisme epistemologis merupakan suatu keputusan bahwa kita membuat kontak hanya dengan ide-ide atau pada peristiwa manapun denga entitas-entitas psikis.
6. Idealisme personal adalah sisitim filsafat Howison dan Bowne.
7. Idealisme voluntarisme dikembangkan oleh Fouilee dalam suatu sistim yang melibatkan tenaga pemikiran.
8. Idealisme teistik pandangan dan sistim filsafat dari Ward.
9. Idealisme monistik adalah penyebutan dan sistim filsafat dari Paulsen.
10. Idealisme etis adalah pandangan filsafat yang dianut oleh Sorley dan Messer.
11. Idealisme Jerman, pemicunya adalah Immanuel Kant dan dikembangkan oleh penerus-penerusnya. Idealisme merupakan pembaharuan dari Platonis, karena para pemikir melakukan terobosan-terobosan filosofis yang sangat penting dalam sejarah manusia, hanya dalam tempo yang sangat singkat, yaitu 40 tahun (1790- 1830) dan gerakan intelektual ini mempunyai kedalaman dan kekayaan berpikir yang tiada bandingnya.

II.                 Empirisme
 Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme di ambil dari bahasa Yunani empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin empirisme adalah lawan dari rasionalisme. Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.
Ajaran-ajaran pokok empirisme yaitu:
1. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.
2. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.
3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
4. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
5. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
6. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.
Tokoh-Tokoh Empirisme
Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292) dan Thomas Hobes (1588-1679), namun mengalami sistematisasi pada dua tokoh berikutnya, John Locke dan David Hume.
a. John Locke (1632-1704)
Ia lahir tahun 1632 di Bristol Inggris dan wafat tahun 1704 di Oates Inggris. Ia juga ahli politik, ilmu alam, dan kedokteran. Pemikiran John termuat dalam tiga buku pentingnya yaitu essay concerning human understanding, terbit tahun 1600; letters on tolerantion terbit tahun 1689-1692; dan two treatises on government, terbit tahun 1690. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap aliran rasionalisme. Bila rasionalisme mengatakan bahwa kebenaran adalah rasio, maka menurut empiris, dasarnya ialah pengalaman manusia yang diperoleh melalui panca indera. Dengan ungkapan singkat Locke :
Segala sesuatu berasal dari pengalaman inderawi, bukan budi (otak). Otak tak lebih dari sehelai kertas yang masih putih, baru melalui pengalamanlah kertas itu terisi.
Dengan demikian dia menyamakan pengalaman batiniah (yang bersumber dari akal budi) dengan pengalaman lahiriah (yang bersumber dari empiri).
b. David Hume (1711-1776).
David Hume lahir di Edinburg Scotland tahun 1711 dan wafat tahun 1776 di kota yang sama. Hume seorang nyang menguasai hukum, sastra dan juga filsafat. Karya tepentingnya ialah an encuiry concercing humen understanding, terbit tahun 1748 dan an encuiry into the principles of moral yang terbit tahun 1751.
Pemikiran empirisnya terakumulasi dalam ungkapannya yang singkat yaitu I never catch my self at any time with out a perception (saya selalu memiliki persepsi pada setiap pengalaman saya). Dari ungkapan ini Hume menyampaikan bahwa seluruh pemikiran dan pengalaman tersusun dari rangkaian-rangkaian kesan (impression). Pemikiran ini lebih maju selangkah dalam merumuskan bagaimana sesuatu pengetahuan terangkai dari pengalaman, yaitu melalui suatu institusi dalam diri manusia (impression, atau kesan yang disistematiskan ) dan kemudian menjadi pengetahuan. Di samping itu pemikiran Hume ini merupakan usaha analisias agar empirisme dapat di rasionalkan teutama dalam pemunculan ilmu pengetahuan yang di dasarkan pada pengamatan “(observasi ) dan uji coba (eksperimentasi), kemudian menimbulkan kesan-kesan, kemudian pengertian-pengertian dan akhirnya pengetahuan, rangkaian pemikiran tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut:
Beberapa Jenis Empirisme
1. Empirio-kritisisme
Disebut juga Machisme. ebuah aliran filsafat yang bersifat subyaktif-idealistik. Aliran ini didirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti aliran ini adalah ingin “membersihkan” pengertian pengalaman dari konsep substansi, keniscayaan, kausalitas, dan sebagainya, sebagai pengertian apriori. Sebagai gantinya aliran ini mengajukan konsep dunia sebagai kumpulan jumlah elemen-elemen netral atau sensasi-sensasi (pencerapan-pencerapan). Aliran ini dapat dikatakan sebagai kebangkitan kembali ide Barkeley dan Hume tatapi secara sembunyi-sembunyi, karena dituntut oleh tuntunan sifat netral filsafat. Aliran ini juga anti metafisik.
2. Empirisme Logis
Analisis logis Modern dapat diterapkan pada pemecahan-pemecahan problem filosofis dan ilmiah. Empirisme Logis berpegang pada pandangan-pandangan berikut :
a. Ada batas-batas bagi Empirisme. Prinsip system logika formal dan prinsip kesimpulan induktif tidak dapat dibuktikan dengan mengacu pada pengalaman.
b. Semua proposisi yang benar dapat dijabarkan (direduksikan) pada proposisi-proposisi mengenai data inderawi yang kurang lebih merupakan data indera yang ada seketika
c. Pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat kenyataan yang terdalam pada dasarnya tidak mengandung makna.
3. Empiris Radikal
Suatu aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai pada pengalaman inderawi. Apa yang tidak dapat dilacak secara demikian itu, dianggap bukan pengetahuan. Soal kemungkinan melawan kepastian atau masalah kekeliruan melawan kebenaran telah menimbulkan banyak pertentangan dalam filsafat. Ada pihak yang belum dapat menerima pernyataan bahwa penyelidikan empiris hanya dapa memberikan kepada kita suatu pengetahuan yang belum pasti (Probable). Mereka mengatakan bahwa pernyataan- pernyataan empiris, dapat diterima sebagai pasti jika tidak ada kemungkinan untuk mengujinya lebih lanjut dan dengan begitu tak ada dasar untukkeraguan. Dalam situasi semacam iti, kita tidak hanya berkata: Aku merasa yakin (I feel certain), tetapi aku yakin. Kelompok falibisme akan menjawab bahwa: tak ada pernyataan empiris yang pasti karena terdapat sejumlah tak terbatas data inderawi untuk setiap benda, dan bukti-bukti tidak dapat ditimba sampai habis sama sekali.

Eksistensialisme

Dari sudut etimologi eksistensi berasal dari kata eks yang berarti diluar dan sistensi yang berarti berdiri atau menempatkan, jadi secara luas eksistensi dapat diartikan sebagai beridir sendiri sebagai dirinya sekaligus keluar dari dirinya.
Eksistensialisme merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pada manusia, dimana manusia dipandang sebagai suatu mahluk yang harus bereksistensi, mengkaji cara manusia berada di dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme adalah manusia konkret.
Ada beberapa ciri eksistensialisme, yaitu, selalu melihat cara manusia berada, eksistensi diartikan secara dinamis sehingga ada unsur berbuat dan menjadi, manusia dipandang sebagai suatu realitas yang terbuka dan belum selesai, dan berdasarkan pengalaman yang konkret.
Jadi dapat disimpulkan bahwa eksistensialisme memandang manusia sebagai suatu yang tinggi, dan keberadaannya itu selalu ditentukan oleh dirinya, karena hanya manusialah yang dapat bereksistensi, yang sadar akan dirinya dan tahu bagaimana cara menempatkan dirinya.
Dan ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan eksistensialisme ini saya kita ilmu-ilmu yang berkaitan dengan manusia seperti sosiologi (berkaitan dengan manusia dan keberadaannya didalam lingkungan sosial), antropologi (berkaitan anatar manusia dengan lingkungan budayanya)

Latar Belakang Historis munculnya Eksistensialisme.

Secara umum eksistensialisme merupakan suatu aliran filsafat yang lahir karena ketidakpuasan beberapa filusuf yang memandang bahwa filsafat pada masa yunani hingga modern, seperti protes terhadap rasionalisme Yunani, khususnya pandangan tentang spekulatif tentang manusia. Intinya adalah Penolakan untuk mengikuti suatu aliran, penolakan terhadap kemampuan suatu kumpulan keyakinan, khususnya kemampuan sistem, rasa tidak puas terhadap filsafat tradisional yang bersifat dangkal, akademik dan jauh dari kehidupan, juga pemberontakan terhadap alam yang impersonal yang memandang manusia terbelenggu dengan aktifitas teknologi yang membuat manusia kehilangan hakekat hidupnya sebagai manusia yang bereksistensi.

Tokoh-tokoh Eksistensialisme.

Soren Aabye Kiekeegaard
Inti pemikirannya adalah eksistensi manusia bukanlah sesuatu yang statis tetapi senantiasa menjadi, manusia selalu bergerak dari kemungkinan menuju suatu kenyataan, dari cita-cita menuju kenyataan hidup saat ini. Jadi ditekankan harus ada keberanian dari manusia untuk mewujudkan apa yang ia cita-citakan atau apa yang ia anggap kemungkinan.
Friedrich Nietzsche
Menurutnya masuai yang berkesistensi adalah manusia yang mempunyai keinginan untuk berkuasa (will to power), dan untuk berkuasa manusia harus menjadi manusia super (uebermensh) yang mempunyai mental majikan bukan mental budak. Dan kemampuan ini hanya dapat dicapai dengan penderitaan karena dengan menderita orang akan berfikir lebih aktif dan akan menemukan dirinya sendiri.
Karl Jaspers
Memandang filsafat bertujuan mengembalikan manusia kepada dirinya sendiri. Eksistensialismenya ditandai dengan pemikiran yang menggunakan semua pengetahuan obyektif serta mengatasi pengetahuan obyektif itu, sehingga manusia sadar akan dirinya sendiri. Ada dua fokus pemikiran Jasper, yaitu eksistensi dan transendensi.
Martin Heidegger
Inti pemikirannya adalah keberadaan manusia diantara keberadaan yang lain, segala sesuatu yang berada diluar manusia selalu dikaitkan dengan manusia itu sendiri, dan benda-benda yang ada diluar manusia baru mempunyai makna apabila dikaitkan dengan manusia karena itu benda0benda yang berada diluar itu selalu digunakan manusia pada setiap tindakan dan tujuan mereka.
Jean Paul Sartre
Menekankan pada kebebasan manusia, manusia setelah diciptakan mempunyai kebebasan untuk menetukan dan mengatur dirinya. Konsep manusia yang bereksistensi adalah makhluk yang hidup dan berada dengan sadar dan bebas bagi diri sendiri

Buku-buku yang membahas Eksistensialisme.

Filsafat Eksistensialisme yang ditulis Save M Dagun
Buku ini memang cukup menjelaskan secara umum tentang eksistensialisme terutama penjelasan istilah eksistensialisme dan juga sejarah mnuculnya aliran ini. Mengenai tokoh dijelaskan secara garis besar saja, jadi hanya pokok-pokok pikiran para filusuf eksistensialis, yang disayangkan tidak semua filusuf dicantumkan dalam buku ini.
Berkenalan dengan Eksistensialisme yang ditulis oleh Fuad Hassan
Buku ini hanya mencakup beberapa filusuf besar eksistensialisme, dan model penulisannya seperti bercerita tentang kehidupan filusuf tersebut dan didalam cerita itu diselipkan konsep eksistensialisme tokoh tersebut.
Dan beberapa buku yang memmuat eksistensialisme, seperti sari sejarah filsafat barat, para filusuf penentu gerak zaman, persoalan-persoalan filsafat, buku pengantar filsafat, sejarah filsafat barat midern dan sezaman, dan lain-lain yang didalam buku tersebut bahasan eksistensialsime hanya masuk sebagai bab tersendiri atau sub bab tertentu.
Agnostisisme adalah suatu pandangan filosofis bahwa suatu nilai kebenaran dari suatu klaim tertentu yang umumnya berkaitan dengan teologi, metafisika, keberadaan Tuhan, dewa, dan lainnya yang tidak dapat diketahui dengan akal pikiran manusia yang terbatas. Seorang agnostik mengatakan bahwa adalah tidak mungkin untuk dapat mengetahui secara definitif pengetahuan tentang "Yang-Mutlak"; atau , dapat dikatakan juga, bahwa walaupun perasaan secara subyektif dimungkinkan, namun secara obyektif pada dasarnya mereka tidak memiliki informasi yang dapat diverifikasi.
Dalam kedua hal ini maka agnostikisme mengandung unsur skeptisisme.
Agnostisisme berasal dari perkataan Yunani gnostein (tahu) dan a (tidak). Arti harfiahnya "seseorang yang tidak mengetahui".
Agnostisisme adalah keyakinan kalau tidak ada cara untuk mengetahui apakah Tuhan itu ada atau tidak. Pertama dilihat, definisi ini sangat mirip dengan ateisme, karena keduanya tidak meyakini agama apapun, karena mereka percaya adalah mustahil untuk membuktikan keberadaan tuhan. Perbedaan utamanya terletak pada kalau ateis tidak percaya kalau tuhan ada, sementara agnostik tidak yakin kalau tuhan ada atau tidak.
Melihat pada etimologi kata agnostik, kita bisa lihat kalau ia memiliki hubungan dengan gnostik, yaitu pengetahuan, dan apakah sesuatu itu diketahui. Sementara itu ateis adalah posisi keyakinan. Jadi, adalah mungkin menjadi seorang ateis agnostik, atau bahkan teis agnostik. Apa yang dikatakan oleh dua kelompok ini adalah “walau saya tidak pernah akan tahu sepenuhnya, saya yakin kalau tuhan itu ada/tidak ada.” Agnostik adalah posisi yang mengatakan kalau sebuah pertanyaan tidak dapat dijawab, dan ini tidak berarti kalau mereka tidak punya keyakinan mengenai apa jawaban dari pertanyaan itu.

T.H. Huxley

Istilah agnostik dipopulerkan oleh T. H. Huxley pada sebuah pesta di London untuk mendanai Metaphysical Society, yang beranggotakan para pemikir dan pemimpin pendapat. Huxley berpendapat kalau banyak orang ini senag menyebut diri mereka sebagai pemeluk beragam isme sehingga ia membuatnya sendiri. Ia mengambilnya dari penyebutan St Paul dari altar dari tuhan yang tidak dikenal dalam suratnya pada para Ephesian. Huxley berpikir bahwa kita tidak akan mampu mengetahui asal usul dan sebab alam semesta. Maka ia lebih mirip dengan penganut Kantian dalam noumena yang tidak diketahui seperti proponen Vienna Circle pada pandangan kalau membicarakan tuhan itu tidak ada artinya. Mungkin positivis logik sepertinya tidak dapat digolongkan teis ataupun ateis, namun pandangannya sama dapat ditolak dengan teis. Agnostik lebih kontekstual dari ateis, karena ia dapat dipakai dalam masalah non teologis, seperti saat seorang kosmolog dapat mengatakan kalau ia agnostik mengenai teori string, tidak percaya ataupun percaya dengannya.
Banyak agnostik sering disebut agnostik kuat atau agnostik positif yang percaya kalau kita tidak akan pernah bisa tahu mengenai keberadaan tuhan. Yang lain, disebut agnostik lemah, yang mengatakan kita tidak dapat tahu apapun mengenai tuhan pada saat ini memakai bukti yang ada, namun dapat mungkin di masa depan. Selain itu juga ada agnostik pragmatis dimana mereka yakin kalau tidak ada bukti ketiadaan atau keberadaan tuhan, dengan tambahan, mempertanyakan tuhan itu tidak ada artinya.
Pragmatisme adalah gerakan filsafat yang mencakup mereka yang mengklaim bahwa sebuah ideologi atau proposisi adalah benar jika bekerja memuaskan, bahwa makna proposisi dapat ditemukan di konsekuensi praktis menerimanya, dan bahwa ide-ide praktis harus ditolak. Pragmatism, in William James' eyes, was that the truth of an idea needed to be tested to prove its validity. Pragmatisme, di mata William James ', adalah bahwa kebenaran ide harus diuji untuk membuktikan validitasnya. Pragmatism began in the late nineteenth century with Charles Sanders Peirce and his pragmatic maxim . Pragmatisme dimulai pada akhir abad kesembilan belas dengan Charles Sanders Peirce dan gelar peribahasa pragmatis . Through the early twentieth-century it was developed further in the works of William James , John Dewey and—in a less orthodox manner—by George Santayana . Melalui-awal abad kedua puluh itu dikembangkan lebih lanjut dalam karya-karya William James , John Dewey dan-dalam cara yang kurang ortodoks oleh George Santayana . Other important aspects of pragmatism include, radical empiricism , instrumentalism , verificationism , conceptual relativity , a denial of the fact-value distinction , a high regard for science, and fallibilism . aspek penting lain dari pragmatisme termasuk, empirisme radikal , instrumentalism , verificationism , relativitas konseptual , penyangkalan dari perbedaan nilai-fakta , menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, dan fallibilism .
Pragmatism enjoyed renewed attention from the 1960s on when a new analytic school of philosophy ( WVO Quine and Wilfrid Sellars ) put forth a revised pragmatism criticizing the logical positivism dominant in the United States and Britain since the 1930s, while a new brand infused with themes from the analytic and other traditions, known sometimes as neopragmatism , gained influence spearheaded by the philosopher Richard Rorty , the most influential of the late 20th-century pragmatists. Pragmatisme menikmati perhatian diperbaharui dari tahun 1960-an ketika sebuah sekolah filsafat analitik baru ( WVO Quine dan Wilfrid Sellars ) diajukan suatu pragmatisme revisi mengkritik positivisme logis yang dominan di Amerika Serikat dan Inggris sejak 1930-an, sedangkan merek baru diresapi dengan tema dari dan lain tradisi analitik, kadang-kadang dikenal sebagai neopragmatism , mendapatkan pengaruh dipelopori oleh filsuf Richard Rorty , yang paling berpengaruh dari pragmatis akhir abad ke-20.
Contemporary pragmatism may be, in broad general terms, divided into a strict analytic tradition and "neo-classical" pragmatism (such as Susan Haack ) that adheres to the work of Peirce, James, and Dewey. pragmatisme Kontemporer mungkin, dalam istilah umum yang luas, dibagi menjadi tradisi analitik yang ketat dan "neo-klasik" pragmatisme (seperti Susan Haack ) yang melekat pada karya Peirce, James, dan Dewey.
The epistemologi pragmatisme awal sangat dipengaruhi oleh Charles Darwin . Pragmatism was not the first to apply evolution to theories of knowledge: Schopenhauer advocated a biological idealism as what's useful to an organism to believe might differ wildly from what is true. Pragmatisme bukan yang pertama menerapkan teori evolusi untuk pengetahuan: Schopenhauer menganjurkan idealisme biologis sebagai apa yang berguna untuk suatu organisme untuk percaya mungkin berbeda liar dari apa yang benar. Here knowledge and action are portrayed as two separate spheres with an absolute or transcendental truth above and beyond any sort of inquiry organisms use to cope with life. Di sini pengetahuan dan tindakan digambarkan sebagai dua bidang yang terpisah dengan kebenaran mutlak atau transendental atas dan di luar apapun organisme penyelidikan gunakan untuk menghadapi kehidupan. Pragmatism challenges this idealism by providing an "ecological" account of knowledge: inquiry is how organisms can get a grip on their environment. Real and true are functional labels in inquiry and cannot be understood outside of this context. Pragmatisme tantangan idealisme ini dengan menyediakan sebuah "ekologi" akun pengetahuan: penyelidikan adalah bagaimana organisme bisa mendapatkan pegangan pada konteks lingkungannya. Real dan benar fungsional adalah label dalam penyelidikan dapat dan tidak dipahami dari luar ini. It is not realist in a traditionally robust sense of realism (what Hilary Putnam would later call metaphysical realism ), but it is realist in how it acknowledges an external world which must be dealt with. Hal ini tidak realis dalam pengertian tradisional kuat realisme (apa Hilary Putnam kemudian akan memanggil realisme metafisik ), tetapi realis dalam bagaimana mengakui sebuah dunia luar yang harus ditangani.
With the tendency of philosophers to group all views as either idealistic or realistic, pragmatism was seen as a form of subjectivism or idealism . Dengan kecenderungan filsuf ke grup semua pandangan sebagai idealis atau realistis, pragmatisme dilihat sebagai bentuk subyektivisme atau idealisme . Many of James' best-turned phrases— truth's cash value (James 1907, p. 200) and the true is only the expedient in our way of thinking (James 1907, p. 222)— were taken out of context and caricatured in contemporary literature as representing the view where any idea with practical utility is true. Banyak frasa-terbaik-berpaling kebenaran nilai uang tunai 'James (James 1907, hal 200) dan yang benar hanya bijaksana dalam cara berpikir kita (James 1907, hal 222) - diambil keluar dari konteks dan karikatur di kontemporer sastra sebagai mewakili tampilan di mana setiap ide dengan kegunaan praktis adalah benar. William James wrote: William James wrote:
Pada kenyataannya, James menegaskan, teori ini banyak yang lebih halus. (See Dewey 1910 for a 'FAQ') (Lihat Dewey 1910 untuk 'FAQ')
The role of belief in representing reality is widely debated in pragmatism. Peran kepercayaan mewakili realitas secara luas diperdebatkan di pragmatisme. Is a belief valid when it represents reality? Copying is one (and only one) genuine mode of knowing, (James 1907, p. 91). Apakah keyakinan yang valid ketika itu merupakan realitas? Menyalin adalah satu (dan hanya satu) Cara mengetahui asli, (James 1907, hal 91). Are beliefs dispositions which qualify as true or false depending on how helpful they prove in inquiry and in action? Apakah keyakinan disposisi yang memenuhi syarat sebagai benar atau salah tergantung pada bagaimana membantu mereka terbukti dalam penyelidikan dan tindakan? Is it only in the struggle of intelligent organisms with the surrounding environment that beliefs acquire meaning? Apakah hanya dalam perjuangan cerdas organisme dengan lingkungan sekitarnya yang keyakinan mendapatkan makna? Does a belief only become true when it succeeds in this struggle? Apakah keyakinan hanya menjadi benar ketika berhasil dalam perjuangan ini? In Pragmatism nothing practical or useful is held to be necessarily true, nor is anything which helps to survive merely in the short term. Dalam Pragmatisme tidak praktis atau berguna adalah dianggap tentu benar, dan tidak ada sesuatu yang membantu untuk bertahan hidup hanya dalam jangka pendek. For example, to believe my cheating spouse is faithful may help me feel better now, but it is certainly not useful from a more long-term perspective because it doesn't accord with the facts (and is therefore not true). Misalnya, untuk percaya saya kecurangan pasangan setia dapat membantu saya merasa lebih baik sekarang, namun jelas tidak berguna dari sudut pandang jangka panjang lebih banyak karena tidak sesuai dengan fakta (dan oleh karena itu tidak benar).
Humanisme adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran yang berbeda yang memfokuskan dirinya ke jalan keluar umum dalam masalah-masalah atau isu-isu yang berhubungan dengan manusia. Humanisme telah menjadi sejenis doktrin beretika yang cakupannya diperluas hingga mencapai seluruh etnisitas manusia, berlawanan dengan sistem-sistem beretika tradisonal yang hanya berlaku bagi kelompok-kelompok etnis tertentu.
Humanisme modern dibagi kepada dua aliran. Humanisme keagamaan/religi berakar dari tradisi Renaisans-Pencerahan dan diikuti banyak seniman, umat Kristen garis tengah, dan para cendekiawan dalam kesenian bebas. Pandangan mereka biasanya terfokus pada martabat dan kebudiluhuran dari keberhasilan serta kemungkinan yang dihasilkan umat manusia.
Humanisme sekular mencerminkan bangkitnya globalisme, teknologi, dan jatuhnya kekuasaan agama. Humanisme sekular juga percaya pada martabat dan nilai seseorang dan kemampuan untuk memperoleh kesadaran diri melalui logika. Orang-orang yang masuk dalam kategori ini menganggap bahwa mereka merupakan jawaban atas perlunya sebuah filsafat umum yang tidak dibatasi perbedaan kebudayaan yang diakibatkan adat-istiadat dan agama setempat.
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.
Sesungguhnya aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk memperoleh pengetahuan (seperti yang diusung oleh kaum idealisme khususnya idealisme Jerman Klasik).
Positivisme merupakan empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan. Terdapat tiga tahap dalam perkembangan positivisme, yaitu:
1. Tempat utama dalam positivisme pertama diberikan pada Sosiologi, walaupun perhatiannya juga diberikan pada teori pengetahuan yang diungkapkan oleh Comte dan tentang Logika yang dikemukakan oleh Mill. Tokoh-tokohnya Auguste Comte, E. Littre, P. Laffitte, JS. Mill dan Spencer.
2. Munculnya tahap kedua dalam positivisme – empirio-positivisme – berawal pada tahun 1870-1890-an dan berpautan dengan Mach dan Avenarius. Keduanya meninggalkan pengetahuan formal tentang obyek-obyek nyata obyektif, yang merupakan suatu ciri positivisme awal. Dalam Machisme, masalah-masalah pengenalan ditafsirkan dari sudut pandang psikologisme ekstrim, yang bergabung dengan subyektivisme.
3. Perkembangan positivisme tahap terakhir berkaitan dengan lingkaran Wina dengan tokoh-tokohnya O.Neurath, Carnap, Schlick, Frank, dan lain-lain. Serta kelompok yang turut berpengaruh pada perkembangan tahap ketiga ini adalah Masyarakat Filsafat Ilmiah Berlin. Kedua kelompok ini menggabungkan sejumlah aliran seperti atomisme logis, positivisme logis, serta semantika. Pokok bahasan positivisme tahap ketiga ini diantaranya tentang bahasa, logika simbolis, struktur penyelidikan ilmiah dan lain-lain.

Positivisme Logis

Dalam perkembangannya, positivisme mengalami perombakan dibeberapa sisi, hingga munculah aliran pemikiran yang bernama Positivisme Logis yang tentunya di pelopori oleh tokoh-tokoh yang berasal dari Lingkaran Wina.
Positivisme logis adalah aliran pemikiran dalam filsafat yang membatasi pikirannya pada segala hal yang dapat dibuktikan dengan pengamatan atau pada analisis definisi dan relasi antara istilah-istilah. Fungsi analisis ini mengurangi metafisika dan meneliti struktur logis pengetahuan ilmiah. Tujuan dari pembahasan ini adalah menentukan isi konsep-konsep dan pernyataan-pernyataan ilmiah yang dapat diverifikasi secara empiris.
Tujuan akhir dari penelitian yang dilakukan pada positivisme logis ini adalah untuk mengorganisasikan kembali pengetahuan ilmiah di dalam suatu sistem yang dikenal dengan ”kesatuan ilmu” yang juga akan menghilangkan perbedaan-perbedaan antara ilmu-ilmu yang terpisah. Logika dan matematika dianggap sebagai ilmu-ilmu formal.
Positivisme berusaha menjelaskan pengetahuan ilmiah berkenaan dengan tiga komponen yaitu bahasa teoritis, bahasa observasional dan kaidah-kaidah korespondensi yang mengakaitkan keduanya. Tekanan positivistik menggarisbawahi penegasannya bahwa hanya bahasa observasional yang menyatakan informasi faktual, sementara pernyataan-pernyataan dalam bahasa teoritis tidak mempunyai arti faktual sampai pernyataan-pernyataan itu diterjemahkan ke dalam bahasa observasional dengan kaidah-kaidah korespondensi.

Auguste Comte dan Positivisme

Comte adalah tokoh aliran positivisme yang paling terkenal. Kamu positivis percaya bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam dimana metode-metode penelitian empiris dapat dipergunakan untuk menemukan hukum-hukum sosial kemasyarakatan. Aliran ini tentunya mendapat pengaruh dari kaum empiris dan mereka sangat optimis dengan kemajuan dari revolusi Perancis.
Pendiri filsafat positivis yang sesungguhnya adalah Henry de Saint Simon yang menjadi guru sekaligus teman diskusi Comte. Menurut Simon untuk memahami sejarah orang harus mencari hubungan sebab akibat, hukum-hukum yang menguasai proses perubahan. Mengikuti pandangan 3 tahap dari Turgot, Simon juga merumuskan 3 tahap perkembangan masyarakat yaitu tahap Teologis, (periode feodalisme), tahap metafisis (periode absolutisme dan tahap positif yang mendasari masyarakat industri.
Comte menuangkan gagasan positivisnya dalam bukunya the Course of Positivie Philosoph, yang merupakan sebuah ensiklopedi mengenai evolusi filosofis dari semua ilmu dan merupakan suatu pernyataan yang sistematis yang semuanya itu tewujud dalam tahap akhir perkembangan. Perkembangan ini diletakkan dalam hubungan statika dan dinamika, dimana statika yang dimaksud adalah kaitan organis antara gejala-gejala ( diinspirasi dari de Bonald), sedangkan dinamika adalah urutan gejala-gejala (diinspirasi dari filsafat sehjarah Condorcet).
Bagi Comte untuk menciptakan masyarakat yang adil, diperlukan metode positif yang kepastiannya tidak dapat digugat. Metode positif ini mempunyai 4 ciri, yaitu :
1. Metode ini diarahkan pada fakta-fakta
2. Metode ini diarahkan pada perbaikan terus meneurs dari syarat-syarat hidup
3. Metode ini berusaha ke arah kepastian
4. Metode ini berusaha ke arah kecermatan.
Metode positif juga mempunyai sarana-sarana bantu yaitu pengamatan, perbandingan, eksperimen dan metode historis. Tiga yang pertama itu biasa dilakukan dalam ilmu-ilmu alam, tetapi metode historis khusus berlaku bagi masyarakat yaitu untuk mengungkapkan hukum-hukum yang menguasai perkambangan gagasan-gagasan.

Karl R Popper: Kritik terhadap Positivisme Logis

Asumsi pokok teorinya adalah satu teori harus diji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya, dan Popper menyajikan teori ilmu pengetahuan baru ini sebagai penolakannya atas positivisme logis yang beranggapan bahwa pengetahuan ilmiah pada dasarnya tidak lain hanya berupa generalisasi pengalaman atau fakta nyata dengan menggunakan ilmu pasti dan logika. Dan menurut positivisme logis tugas filsafat ilmu pengetahuan adalah menanamkan dasar untuk ilmu pengetahuan.
Hal yang dikritik oleh Popper pada Positivisme Logis adalah tentang metode Induksi, ia berpendapat bahwa Induksi tidak lain hanya khayalan belaka, dan mustahil dapat menghasilkan pengetahuan ilmiah melalui induksi. Tujuan Ilmu Pengetahuan adalah mengembangkan pengetahuan ilmiah yang berlaku dan benar, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan logika, namun jenis penalaran yang dipakai oleh positivisme logis adalah induksi dirasakan tidak tepat sebab jenis penalaran ini tidak mungkin menghasilkan pengetahuan ilmiah yang benar dan berlaku, karena elemahan yang bisa terjadi adalah kesalahan dalam penarikan kesimpulan, dimana dari premis-premis yang dikumpulkan kemungkinan tidak lengkap sehingga kesimpulan atau generalisasi yang dihasilkan tidak mewakili fakta yang ada. Dan menurutnya agar pengetahuan itu dapat berlaku dan bernilai benar maka penalaran yang harus dipakai adalah penalaran deduktif.
Penolakan lainnya adalah tentang Fakta Keras, Popper berpendapat bahwa fakta keras yang berdiri sendiri dan terpisah dari teori sebenarnya tidak ada, karena fakta keras selalu terkait dengan teori, yakni berkaitan pula dengan asumsi atau pendugaan tertentu. Dengan demikian pernyataan pengamatan, yang dipakai sebagai landasan untuk membangun teori dalam positivisme logis tidak pernah bisa dikatakab benar secara mutlak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar